Pertengahan tahun 2011 lalu BPS mencatat sebanyak 27,12 juta penduduk Indonesia masuk katagori hampir miskin. Adanya pengurangan jumlah orang miskin hanya menambah orang yang masuk dalam katagori hampir miskin.
Kesejahteraan lebih banyak dinikmati kelas menengah dan atas. Hal tersebut terjadi karena masyarakat golongan menengah ke atas memiliki kesiapan modal. Inilah yang membuat distribusi pendapatan tidak merata.
Hasil survei BPS September 2011 tercatat 29,89 juta penduduk Indonesia (12,36%) masih miskin. Angka itu memang turun 130 ribu orang (0,13%) dibandingkan Maret 2011 yang sebesar yang masih mencapai 30,02 juta orang (12,49%).
Selama periode Maret hingga September 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 90 ribu jiwa atau dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,95 juta orang pada September 2011. Sementara di daerah perdesaan berkurang 40.000 jiwa atau dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,94 juta orang pada September 2011).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Pada September 2011, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,53 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen.
Pada periode Maret hingga September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Jumlah penduduk miskin paling banyak berada di Jawa mencapai 16.744.410 jiwa. Namun secara persentase, penduduk miskin paling banyak Maluku dan Papua yang mencapai 25,52%.
Sedangkan penduduk miskin paling sedikit ataupun paling rendah secara persentase berada di Pulau Kalimantan yakni hanya 971.880 jiwa (6,88%).
Rincian dari jumlah penduduk miskin berdasarkan pulau hingga September 2011 adalah:
Sumatera : 6.318.870 jiwa (12,2015)
Jawa: 16.744.410 jiwa (12,09%)
Bali dan Nusa Tenggara: 2.065.820 jiwa (15,46%)
Kalimantan: 971.880 jiwa (6,88%)
Sulawesi: 2.152.150 jiwa (12,17%)
Maluku dan Papua: 1.637.000 jiwa (25,25%).
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Tuesday, January 3, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment