Saturday, December 10, 2011

Update Status dan Komen-mu adalah harimau-mu

Doeloe, pepatah bijak menyatakan ‘MULUTMU ADALAH HARIMAU-MU’ jadi berhati-hatilah saat membuka mulut (maksudnya= saat bicara) agar dia tidak menerkammu dan membuat masalah bagimu. Kini, di era milenium saatnya generasi web 2.0 berlaku ‘UPDATE STATUS DAN KOMEN-MU ADALAH HARIMAU-MU’. Ya begitulah, ini eranya social media dimana orang bebas dan boleh menuliskan apa saja dan dimana saja pada akun socmed-nya baik di facebook, twitter, Google+, dan lain-lain.

Saya, anda dan kita semua bebas menulis APA SAJA!
Baik berupa gosip, desas-desus, kabar burung, ramalan, makian, sumpah serapah bahkan ungkapan yang baik seperti doa, pengharapan, kata mutiara, petuah dan lain-lain. Dan asyiknya lagi, SEMUA GRATIS ENGGAK PERLU BAYAR, kecuali pada hal-hal dan media khusus.


UPDATE STATUS DAN KOMEN-MU ADALAH HARIMAU-MU
Banyak yang sudah termakan oleh harimau yang diciptakannya sendiri. Mereka tidak sadar, lupa, atau (mungkin) disengaja saat menuliskan update status dan komen yang bisa menimbulkan polemik karena tulisan itu bisa dibaca oleh friendlist dan (beberapa) mutual friend-nya.

Beberapa kali terjadi kasus gugatan hukum bahkan ada yang sudah diputus pengadilan dengan kekuatan hukum tetap karena tulisan ngawurnya di akun socmed.
Contoh kasusnya silahkan cari saja di koleksi arsip mbah Gugel.

Beberapa kali tersiar kabar kalau si ‘anu’ dipecat dari pekerjaannya dan/atau digeser posisinya karena (lagi-lagi) nulis ngawur di socmed tentang kantor tempatnya bekerja dan/atau dianggap membocorkan rahasia perusahaan.
Menggosip tentang kondisi kantor dan kerjaan itu memang asyik tetapi kalau gosip itu ternyata menyebar luas dan kebetulan pimpinan yang lebih tinggi membaca gosip itu ya si ‘bigos’ alias ‘biang gosip’ bisa terancam posisinya. Jadi ya kenapa kita begitu ‘ember’ di social media?

Yang lebih sederhana tetapi lumayan fatal akibatnya adalah MENULIS TIDAK PADA TEMPATNYA.
Wuiihhh, apaan tuh?

Begini, contoh kasusnya adalah menuliskan soal politik di forum/grup (banyak terdapat di socmed) yang membahas soal kuliner.
Misalkan menuliskan : ‘si Anu ternyata KORUPTOR! Pantas saja rumahnya dimana-mana, tabungan depositonya melimpah ruah, dan mobilnya sering gonta-ganti. Awas hati-hati! Jangan memilih si Anu menjadi pemimpin kita. Sikat koruptor!’

Atau : ‘Partai Anu ternyata Nganu! Jangan pilih partai Anu di pemilu 2014!’

Tulisan diatas akan biasa saja saat diposting di forum/grup yang mengupas tuntas soal politik dan umum tetapi akan menjadi masalah dan nampak kurang elok saat diposting di forum/grup soal wisata, kuliner, belanja dan lain-lain seputar gaya hidup /life style.

Kenapa begitu?
Anggota bahkan admin forum/grup akan merasa terganggu dan ‘eneq’ karena ada update yang OOT ‘OUT OF TOPIC’ dan ngawur. Mungkin saja, jika updatenya dirasa keterlaluan maka admin akan mengambil TINDAKAN TEGAS dengan nge-BANNED akun anggota yang slenco tersebut.

Siap yang salah?
Ya, si pemilik akun slenco itu karena tugas seorang admin forum/grup adalah mengawasi, menjaga, mengarahkan dan mengambil tindakan tegas demi kenyamanan forum/grup. Istilahnya mengamankan ratusan bahkan ribuan anggota yang lain agar tidak kabur karena ulah 1 orang anggota yang slenco tersebut.

Kasus lain yang sering terjadi adalah :
Membuat update PERNYATAAN / KLAIM SEPIHAK / TUDUHAN dan lain-lain yang sejenis tetapi saat dikonfirmasi ulang ternyata TIDAK BISA MENUNJUKKAN BUKTI dan/atau ENGGAK BISA BERDISKUSI SECARA BAIK DAN BENAR DENGAN PENUH KEDEWASAAN DAN PIKIRAN TERBUKA.
Istilah mudahnya, SAK KAREPE DEWE TAPI NGAWUR.

Memang hal ini tidak menimbulkan masalah besar jika TIDAK ADA YANG MELAPORKAN ke pihak berwajib atas tuduhan penyebar fitnah dan data palsu tetapi si pemilik akun ngawur itu akan mendapatkan HUKUMAN SOSIAL.
Friendlist-nya dan pihak-pihak yang menanggapi akan membuat anggapan :
“aahhh, ternya si Anu Cuma segini kualitasnya. Enggak … enggak … ENGGAK LEVEL!”

Atau :
“kok ada ORANG ANEH gitu ya? Hare gene di jaman modern kok masih berpikiran ndeso dan enggak mau diajak maju. APA KATA DUNIA?

Apa intinya?
Hukuman sosial itu adalah cap/stempel kalau si pemilik akun termasuk ‘golongan orang-orang yang merugi’ karena KUALITASNYA RENDAH, DDL (DAYA DONG LEMOT), ENGGAK ASYIK, ORA MUTU dan lain-lain. Atau begini, ‘KETHOK BODHO’NE!”

Jadi, bagaimana dong?
Kalau saya sih penganut paham … saya boleh menjadi orang bodoh tetapi ya jangan terus nampak bodoh di depan orang dan memamerkan kebodohannya. Istilah kata, BIAR BODOH TETAPI TETAP JAIM (JAGA IMAGE!). Hehehe

Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Saya juga penganut paham … DIAM ITU EMAS!
Kalau sekiranya saya tidak mengerti TOPIK BAHASAN yang sedang ramai dibicarakan ya saya memilih untuk diam dan tidak berkomentar. Paling-paling kalau sudah GATEL ya saya hanya akan PAMER JEMPOL dengan menekan TOMBOL ‘LIKE ‘. Mungkin, cara ini lebih aman dan nampak berkelas daripada ikut NGGAMBLEH NGALOR NGIDUL EH TERNYATA CUMA ‘TONG KOSONG NYARING BUNYINYA’.

UPDATE STATUS DAN KOMEN-MU ADALAH HARIMAU-MU
Ingat itu … WASPADALAH! WASPADALAH!

Note :
Tulisan ini ya Cuma NGGAMBLEH NGALOR NGIDUL, mohon dimaafken

Tangerang, 9 desember 2011

No comments: